Sabtu, 08 Desember 2012

Perkembangan kognitif AUD



Karakteristik Perkembangan Kognitif
 Oleh Trisna Atika
Dipresentasikan dalam MK Met.Pengembangan Kognitif AUD

Pengertian kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual
yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi).
Piaget dalam memahami karakteristik perkembangan kognitif didasarkan pada usia tertentu sesuai tahapannya. Tahapan tersebut yaitu:
1.      0-2 tahun disebut sebagai periode kepandaian sensori-motorik (sesorimotorik)
Periode ini terbagi atas 6 tahapan, antara lain:
Tahap 1. (lahir-1 bulan) penggunaan refleks-refleks
Anak membangun (mengkonstruk) skema-skema (skema adalah struktur tindakan bayi) lewat aktivitas anak sendiri. Skema pertama dipengaruhi oleh refleks bawaan. Adapun contoh refleks bawaan yang sangat jelas pada bayi yaitu refleks untuk menghisap, bayi otomatis akan menghisap kapan pun bibir mereka disentuh.
Bayi belajar untuk mengorganisasikan gerakan-gerakan tubuh agar proses perawatan menjadi lebih lembut, cepat, dan efisien. Contohnya, bayi belajar menyesuaikan gerakan kepala dan bibir untuk menemukan putting susu. Ciri ini disebut dengan permulaan akomodasi (membuat perubahan dalam struktur kita). Ciri lain adalah bayi tidak memiliki konsepsi objek apapun di luar dirinya. Misalnya, jika seseorang/objek meninggalkan wilayah pandangnya, maka bayi tidak berusaha mencari, bayi akan mengamati yang lain yang ada dalam wilayah pandangnya. Bagi bayi, yang diluar pandangnya berarti di luar pikirannya.
Tahap 2. (1-4 bulan) reaksi-reaksi sirkuler primer
Ciri tahap ini sama dengan tahap pertama yaitu bayi tidak memiliki konsepsi objek apapun diluar dirinya. Namun pada tahap ini pula bayi menghadapi suatu pengalaman baru dan berusaha untuk mengulanginya. Misalnya, tangan bayi yang secara tidak sengaja menyentuh mulutnya, ketika tangan itu jatuh, bayi berusaha untuk menangkap tangannya agar dapat melakukan kegiatan yang sama sebelumnya. Walaupun kadang anak merasa kesulitan, tangan memukul wajah, tangan berputar agar menyentuh mulut, bayi mengejar tangannya namun tidak dapat karena seluruh tubuhnya bergerak termasuk kaki dan tangan kearah yang sama.
Bayi pada tahap ini belajar untuk mengorganisasikan dua gerakan tubuh yang sebelumnya terpisah. Misalnya bayi mengkoordinasikan pengamatan dan gerakan tangan, anak perempuan yang berulang-ulang meletakkan tangan pada wajah dan menatapnya. Bayi berusaha mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang terpisah hanya setelah mengalami banyak kegagalan. Tahapan ini melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi sendiri.
Tahap 3. (4-10 bulan) reaksi-reaksi sirkuler sekunder
Tahap ini terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik di luar dirinya. Contoh, bayi yang berusaha untuk menggapai mainan gantung yang ada diatasnya. Bayi akan berusaha untuk menggerakkan mainan tersebut sampai bergoyang secara berulang-ulang. Jika telah berhasil maka bayi akan terus mengulanginya kegiatan tersebut dan sering tertawa kecil jika mainan tersebut bergoyang.
Pada masa ini bayi tengah menikmati kekuatannya sendiri yaitu kemampuan untuk membuat suatu peristiwa terjadi berulang-ulang, membuat pemandangan yang menarik bertahan selamanya. Anak menunjukkan satu tindakan tunggal untuk mencapai sebuah hasil. Tahapan ini ditandai dengan ketertarikan anak akan dunia eksternal. Bayi mencapai pengertian yang lebih baik tentang permanensi hal-hal eksternal.
Tahap 4. (10-12 bulan) koordinasi skema-skema sekunder
Pada tahap ini anak belajar untuk mengkordinasikan dua skema terpisah demi mendapatkan hasil. Pencapaian baru ini terlihat ketika bayi berhadapan dengan rintangan-rintangan. Misalnya, bayi yang ingin memeluk mainan, namun ada penghalang diantara mainan tersebut sehingga tidak dapat dipeluk. Bayi akan berusaha untuk mendapatkan mainan dengan berbagai cara. Pada akhirnya bayi dapat memeluk mainan ketika bayi mengibaskan rintangan tersebut. mengibaskan rintangan adalah satu skema, memeluk mainan adalah bentuk skema kedua. Tahapan ini juga ditandai dengan pengertian sejati permanensi objek.
Pada tahapan ini bayi dapat menemukan objek-objek yang tersembunyi seluruhnya, namun belum bisa mengikuti pengacakan (pergerakan dari satu tempat persembunyian ke tempat persembunyian lain). Misalnya, ketika objek disembunyikan di tempat A, anak dapat menemukan objek tersebut, namun jika objek tersebut disembunyikan di tempat B, anak tetap mencarinya di tempat A.
Tahap 5. (12-18 bulan) reaksi-reaksi sirkuler tersier
Pada tahap ini anak bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda-beda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda. Contohnya, seorang anak tertarik dengan meja baru yang dibeli ayahnya. Anak tersebut memukul meja dengan telapak tangannya beberapa kali, kadang keras, kadang lembut. Ini terus dilakukan karena anak mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya itu. Anak-anak sesungguhnya belajar dari diri mereka sendiri, tanpa perlu diajari orang dewasa.
Anak mengembangkan skema semata-mata karena keingintahuan instrinsik tentang dunia. Anak menjadi ilmuwan kecil, membuat variasi tindakan dan mengamati hasil-hasilnya. Semua penemuan itu terjadi lewat tindakan-tindakan fisik. Tahap ini pula menunjukkan anak bisa mengikuti serangkaian pemindahan, namun selama mereka melihat kita melakukannya. Misalnya, anak dapat menemukan bola yang disembunyikan di tempat A dan B selama anak melihat proses pemindahan tersebut.

Tahap 6. (18 bulan-2 tahun) permulaan berpikir
Pada tahap ini anak mulai memikirkan situasi secara lebih internal, sebelum bertindak.Jika pada tahap 5 anak mencoba memecahkan masalah dengan coba-coba (trial and error) maka pada tahap ini anak dapat memikirkan sejenak cara untuk menyelesaikan masalah. Contoh, anak yang ingin mengeluarkan bola pada kotak mainan. Pada awalnya anak mencoba untuk membuka dengan berbagai cara, karena tidak berhasil, maka anak diam sejenak untuk mengamati kotak tersebut. Tahapan ini ditunjukkan pula pada kemampuan anak dapat mengikuti serangkaian pemindahan yang tidak tampak.
Secara keseluruhan awal periode ini, anak tidak memiliki pengertian tentang objek-objek yang independen dari pandangannya maka pada akhir periode ini anak sudah mampu memandang objek terpisah-pisah dan permanen. Anak sudah mampu mengembangkan pengertian yang jelas tentang dirinya sebagai makluk yang independen. Anak telah mengembangkan tindakan-tindakan yang efisien dan terorganisasikan dengan baik untuk menghadapi lingkungannya.
2.      2-7 tahun disebut sebagai periode pikiran operasional (praoperasional konkret)
Ciri periode ini yaitu:
  • Pikiran anak berkembang cepat ke sebuah tatanan baru, yaitu simbol-simbol.
  • Pikiran anak pada dasarnya tidak sistematis dan tidak logis.
  • Anak-anak mulai menggunakan simbol-simbol ketika menggunakan sebuah objek atau tindakan untuk merepresentasikan sesuatu yang tidak hadir.
  • Bahasa mulai berkembang pada tahapan ini. Anak menggunakan kata-kata untuk merekonstruksi peristiwa yang tidak hadir lagi, sesuatu yang dari masa lalunya. Kata-kata tidak digunakan untuk sebagai objek yang benar, melainkan sebagai pra-konsepsi. Misalnya, seorang anak menceritakan kepada ayahnya, “mama pergi, burung terbang, ade pergi”.
  • Penalaran anak transduktif (berpindah dari hal-hal khusus ke hal khusus lainnya) terlihat dari ketidakmampuan anak untuk mengkategorikan secara umum. Misalnya, aku belum minum susu, berarti ini belum siang, dan belum waktunya untuk tidur siang. Padahal siang hari tidak hanya ditandai dengan minum susu, namun banyak peristiwa lain.
  • Anak-anak gagal untuk mengkonversi. anak hanya memusatkan pada satu dimensi. Misalnya, anak diminta untuk memilih gelas yang paling banyak berisi air pada dua tabung yang berbeda namun memiliki jumlah volume yang sama.
  • Anak sebenarnya telah memahami adanya dua dimensi perceptual (regulasi intuitif), namun belum bisa memikirkan keberadaan keduanya secara serempak sehingga baginya perubahan pada satu dimensi membatalkan perubahan pada dimensi lainnya. Misalnya, ketika anak ditanya volume yang lebih banyak dari dua gelas yang berbeda namun berisi sama.
  • Anak belum mampu mengklasifikasi. Misalnya ada 10 kancing dari kayu. 8 kancing berwarna coklat dan 2 kancing berwarna putih. Ketika anak ditanya “lebih banyak mana, kancing berwarna coklat atau seluruh kancing kayu yang ada?” Anak menjawab kancing coklat, tanpa menyadari bahwa kancing coklat dan kancing putih adalah bagian dalam kancing kayu.
  • Anak berpikir egosentrisme, menganggap segala sesuatu berasal dari satu titik pandang saja. Anak tidak mampu membedakan perspektifnya sendiri dari perspektif orang lain.
  • Anak belum memahami arti kemenangan. Anak menganggap kalau aku menang, kamu menang juga.
  • Anak beranggapan bahwa benda tidak hidup, adalah benda hidup juga (keberjiwaan dunia = world animistic).
  • Anak beranggapan bahwa mimpi itu nyata dan dapat dilihat oleh orang lain. Mimpi itu dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari luar (dari malam atau langit, lewat jendela dari cahaya-cahaya di luar).
  • Anak memiliki kepatuhan yang membuta pada aturan-aturan yang dipaksakan orang dewasa (heteronomy moral).
3.      7-11 tahun disebut sebagai periode operasi-operasi berpikir konkret (operasional  konkret)
Ciri periode ini, yaitu:
  • Anak sudah memahami pengkonversian zat cair. Anak mengkonversi menggunakan tiga argument yaitu argument identitas, kompensatif, dan inversi. Misalnya, ketika anak mampu menjawab dengan benar cairan yang lebih banyak
  • Berangsur-angsur anak meninggalkan label hidup pada objek-objek yang bergerak, dan melabelkannya pada tumbuhan dan hewan.
  • Anak menyadari kalau mimpi bukan hanya tidak nyata, namun juga tidak terlihat dari luar, berasal dari dalam.
  • Anak mampu memahami dua aspek suatu persoalan secara serempak membentuk landasan bagi pemikiran sosial sekaligus pemikiran ilmiah. Anak mampu berpikir sistematis berdasarkan tindakan mentalnya (mengacu pada objek-objek yang bisa diindera dan aktivitas riil).
  • Dalam interaksi sosial anak memahami bukan hanya apa yang mereka katakana tetapi juga kebutuhan pendengarnya.
4.      11 tahun sampai dewasa disebut sebagai periode operasi berpikir formal (operasional formal)
Pada tahapan ini remaja mulai menata pikiran hanya di dalam pikiran mereka sendiri. Kemampuan untuk menalar terkait dengan kemungkinan-kemungkinan hipotesis. Bekerja dengan sistematis untuk mencoba semua kemungkinan. Beberapa orang ada yang mencoba beragam kombinasi/percobaan namun kemudian mencoba untuk menulis dahulu kemungkinan-kemunginan yang ada sebelum bertindak lebih jauh. Esensi dari penalaran ini adalah pemikiran sistematis tentang hipotesis-hipotesis. Pikiran mencapai derajat kesetimbangan tertinggi. Mulai memikirkan masalah-masalah yang lebih jauh jangkauannya.






DAFTAR PUSTAKA

Martini,Jamaris.2003. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak.jakarta :Universitas negeri  jakarta
Utami, Munandar.1985. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak. Jakarta:gramedia
Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar Pendidikan AUD. Jakarta: depertemen pendidikan nasional



Tidak ada komentar:

Posting Komentar